Memberi Arti Hidup - PKS Kebon Manggis
Headlines News :

Diberdayakan oleh Blogger.

Berita Video





Popular Post

Home » » Memberi Arti Hidup

Memberi Arti Hidup

Written By PKS Kebon Manggis on Selasa, 22 Februari 2011 | 07.41

DPRa Kebon Manggis - Online : Apa sih arti hidup ini? Hidup ini tidak punya arti. Kita-lah yang memberi arti. Seperti huruf-huruf A-Z, kita-lah yang membariskannya, membentuk kata, merangkai kalimat, hingga menjadi paragraf dan kesatuan teks hingga mempunyai arti. Jika kita menghias dengan kebosanan, hidup ini akan membosankan. Namun jika kita memaknai, maka hidup ini akan bermakna. Orang yang mampu memaknai akan menemukan kebahagiaan hidup. Kebahagiaan itu adalah sebuah keputusan. Keputusan untuk berbahagia sekarang atau menunggu kebahagiaan itu datang setelah segala sesuatu berjalan seperti yang diinginkan, entah kapan.
Seorang ibu, yang saya kenali merupakan pegawai negeri, suaminya juga. Rumahnya besar dengan segala fasilitas yang ada. Dalam sudut pandang ’materi’, buat saya sudah lebih dari cukup. Tapi apa... hampir tak satu hari-pun saya mendengar beliau ”bahagia”. Tiap hari beliau selalu mengeluhkan ”tidak punya uang” dan beliau merasa susah menjalani hidup. ”Ah, masa’ sih..” pikir saya. Aih.. ternyata penyebabnya hanyalah; pola pikirnya sudah terlanjur menjadi si pengeluh dan tak bersyukur. Saya pikir, kalau sudah menjadi karakter ”hobi mengeluh”, ditaruh di surga-pun mungkin masih ada saja yang dikeluhkan. Hmmmm.. I don’t know whether it’s wrong or right.. Yang jelas kita wajib mensyukuri apa yang kita miliki.Terkadang kita mencemaskan sedikit noda dibaju, padahal lebih dari 90% yang lain dalam keadaan bersih.
Obrolan lain disekitar, membahas tentang bagaimana ”berstrategi”, bagaimana menggapai ”sukses”, bagaimana berkarir unggul, bagaimana..bagaimana.. dan terus saja begitu. Namun ada yang tidak mereka indahkan yaitu; kaidah. Jika strategi yang dipakai malah membuat suasana jadi panas, hubungan baik menjadi retak, menyakiti pihak lain, ufh.. entahlah, begitukah cara berbahagia? Al ghoya la tubarriru al wasilah; tujuan yang baik tidak akan menghalalkan segala cara. Dulu, saya sempat mengiri dengan seorang teman dengan segala kemudahan fasilitas yang ia dapatkan. Dia tidak perlu bersusah payah untuk mendapat apa yang ia inginkan. Namun akhirnya, saya berubah pikiran setelah mendengar kabar orang tuanya terbukti menyelewengkan dana negara hingga harus mendekam dipenjara. Merinding.. mendengar bahwa uang itu pun sempat dipakai umroh dan orang tuanya itu bisa masuk bui pun hanya karena terlupa membungkam beberapa sisi yang tak sempat teredam, hingga mencuat ke permukaan. Jadi, karena ada yang mengungkap saja, maka terjerat hukuman.. yang tidak terungkap?? Astaghfirullah..! Ketika saya memandang rumah, mobil, makanan dan semua fasilitas yang ”dipunyai” itu, malah bereaksi diperut; mual. Mungkin inilah yang disebut ketidakberkahan hidup atau dalam istilah agama disebut istidraj. Semoga Allah melindungi kita dari ketergelinciran yang akut. Minimal kita mampu menghisab diri, menimbang-nimbang, meski mungkin ”disadari atau tidak” sesungguhnya apa yang kita kerjakan tidak 100% benar, dan apa yang kita usahakan tidak 100% terjamin kebersihan dan kehalalannya. Maksudnya?? Ya, fahamilah bahwa sepandai-pandai kita menjaga, meskipun sedikit pastilah ada salah dan noda. Adakah yang berani memberikan statement; ”Rizki yang saya terima 100% halal.” Padahal banyak hal yang seringkali tidak kita sadari mengurangi kadar kehalalan itu sendiri. Misal: Kalau kita guru, sekian menit keterlambatan masuk kelas, itu mengurangi kadar halal. Kalau kita pedagang, ketidakramahan kita, pelayanan yang kurang prima juga dapat mengurangi kadar kehalalan. Disebabkan itu-lah, maka Allah memberi fasilitas istighfar, taubat dan zakat minimal 2,5%, Insya Allah dapat membersihkan. Pernah ada yang bertanya,” kalau uang hasil korupsi, zakatnya berapa persen biar bersih?.” Jawabnya; silahkan berzakat 100% alias balikin semua tuh yang bukan haknya. Jangan dikira jika dizakatin lebih dari 2,5% bisa jadi bersih. Daging babi itu mau dicuci dengan air berkali-kali dengan tanah berkarung-karung, tetep aja haram kan?! Nggak tau deh, kalau ada hukum fiqh yang lain.. :)
Begitulah hidup.. penuh dengan pilihan-pilihan, penuh dengan pemaknaan. Kita memang perlu memberi arti hidup, agar hidup kita dalam kontrol yang jelas, tidak bablas tanpa rem. Allah mengamanahkan sebuah kanvas pada masing-masing kita, terserah kita melukisnya. Jika yang kita lukis surga, maka gambar yang dihasilkan adalah surga, begitu juga sebaliknya. Banyak orang hidup, tapi tidak merasakan kehidupan, terjebak pada perputaran rutinitas, begitu-begitu saja, tidak ada tujuan, tidak tahu kemana ujung hidup ini akan berakhir. Orang-orang tersebut melakukan segala sesuatu tanpa ada sedikitpun yang membekas dihatinya; meaningless, seperti orang makan tapi tidak tahu apa yang dimakan,tidak merasakan makanan, dan tidak tahu sudah mengenyangkan atau belum. Orang seperti itu tidak mengalami pencerahan spiritual, bahkan meski melakukan amalan kebaikan yang bejibun-pun, ia tetap dalam titik hampa dan kemarau jiwa. Naudzubillah.. Hidup yang hidup itu adalah hidup dibawah kesadaran; kita tahu apa yang kita lakukan, kita menimbang benar salahnya, kita memaknai setiap peristiwa, kita mengevaluasi, dan kita memperbaiki. Berjuang melukis lukisan terbaik.
Yang kita cari dalam hidup ini cuma 1; bahagia. Apa yang menyebabkan kita bahagia? Kekayaankah, popularitaskah, kedudukankah?? Marilyn Monroe, Britney Spears dan masih banyak contoh lain yang notabene punya segalanya, tapi mereka seperti hopeless binti meaningless, kenapa kita jealous. Pernah denger lagunya Britney Spears yang berjudul Lucky, liriknya; ” She is so lucky but why does she cries. If there is nothing missing in her life why do tears come at night.” Lirik itu benar-benar menggambarkan penderitaan batin diatas “keberuntungan”. Begitukah yang disebut bahagia? So, jangan mengiri, karena yang kita iri belum tentu sebahagia yang kita kira.
Apakah kebahagiaan itu mahal?? Waduh.. kalau bagi saya pribadi, bahagia itu mudah dan murah. Hm, mungkin karena saya orangnya sederhana (karena emang tidak ada yang bisa disombongin), bahkan kata seorang teman,” saya terlalu menyederhanakan.” tapi ya.. berbahagialah tanpa syarat. Bahagia itu kita sendiri yang menciptakan, dari bangun tidur sampai tidur lagi kita bisa berbahagia. Nikmatilah lebih banyak lagi keindahan dan keajaiban disekitar yang tidak pernah kita rasai karena kita tidak peduli. Jadilah orang yang dapat melihat keindahan dan keajaiban, kemanapun kita mengarahkan pandangan. Dan semua dimulai dari pagi, dengan menanamkan kata-kata positif. Membebaskan diri dari rasa ketakutan akan apa yang bakal terjadi. Membayangkan bahwa setiap orang menyayangi kita tanpa ada satupun yang berprasangka buruk pada kita. Hal-hal tersebut akan menjadi awal hari yang baik. Keluar dari rumah, menyapa tetangga, tersenyum pada orang-orang yang kita temui, menikmati perjalanan, menikmati pekerjaan, terusssss sampai kita kembali ke tempat tidur untuk membersihkan hati dan memastikan tidak ada satu jiwapun yang kita benci.
Hidup tidak dinilai dari angka, melainkan kebebasan. Saya selalu menginginkan mempunyai pekerjaan yang semakin ’membebaskan’ saya; tidak menghabiskan seluruh waktu hingga merebut kebebasan. Apapun iming-imingnya, buat saya kebebasan adalah prioritas. Saya menikmati mengantar jemput keponakan, mendengarkan celotehannya sepanjang perjalanan adalah kenikmatan tersendiri. Saya menyayangkan, ada seorang ibu karir yang ”karena sibuknya” sering lupa menjemput anaknya sehingga si anak terlantar sampai sore di sekitar sekolah. Ah tidak.. cobalah bujuk burung pipit untuk terus terbang siang malam tanpa henti, dia tidak akan mau. Dia pasti memilih sebagian waktunya dipakai untuk bercengkrama dengan keluarga, mengajari anaknya terbang, dan sebagainya. Sungguh menyedihkan sekali jika kita tidak sempat lagi bertetangga, tidak punya waktu bermajelis, tidak ada luang waktu untuk bermain dengan anak-anak, tidak ada waktu untuk berbagi kemanfaatan untuk orang lain. Materi yang dikejar tidak selalu bisa mengisi kekosongan jiwa. Tak semata itu yang kita cari, percayalah!
Saat beberapa orang bertanya,”mengapa kamu tidak begini.. begini.. begini.” Yah, begini saja saya sudah merasa bahagia, ketika sebagian dari waktu bisa dibagi untuk orang lain, meski tak banyak yang bisa diberi. Saya menikmati (jika tidak ada agenda), menemani keponakan yang mengotori teras dengan daun-daun dan pasir, terkadang kami bermain bola dilapangan, memperhatikan kucing tidur atau bermain peran. Tiap jum’at saya bisa berbagi cerita dengan anak-anak Rohis, Sabtu bermajelis dengan ibu-ibu, kemudian menyempatkan pula berkumpul dengan anak-anak Komunitas Belajar Baik. Minggu dirumah atau kumpul dengan anak-anak remaja masjid. Time is money diganti Time is Ngaji :) mengaji tak sebatas ayat-ayat kauliyah tapi ayat-ayat kauniyah.. jadi tidak terbatas hanya di masjid, tapi bisa juga dengan on line dijalanan, menemukan sketsa hidup sebagai fakta riil yang bisa dijadikan ibroh. Hasilnya; Habis gelap terbitlah MUTUNG hehe.. fisiknya, tapi batinnya semoga makin bijak Insya ALLAH (Ssstt, bukan narsis, hanya mencintai diri sendiri secara sehat). Mungkin dimata orang lain tidak berarti apa-apa, bukan hal yang luar biasa, tapi di hati saya; nikmatnya luar biasa hingga ke ubun-ubun.
Ketika banyak teman-teman yang bercerita tentang gemilangnya pencapaian-pencapaian mereka, saya fahami bahwa jalan kebahagiaan orang itu beda-beda. Sudut pandang dan ukuran agar bisa berbahagia-pun beda. Tergantung perspektif masing-masing lah. Biarkan mereka berpuas dengan kebahagiaan mereka dan saya dengan kebahagiaan saya sendiri. Terkadang terpikir,” kenapa saya tidak seperti mereka, kalau diusahakan pasti bisa.” setelah dianalisa; bukankah ini sesuai dengan apa yang saya mau. Saya yang tidak mau kehilangan momen-momen berbagi, saya yang tidak ingin terputus dari perjalanan ma’rifatullah (banyak yang dikarenakan mempertahankan ”itu” dengan meninggalkan proses ma’rifatulah-nya), saya yang selalu ingin punya kesempatan untuk bisa berpetualang dengan anak-anak dan adik-adik, bisa keluyuran tanpa keterikatan pada aturan-aturan tertentu. Fleksibel. Easy going lah pokonyaa..
Memberi arti dalam hidup, berarti menikmati yang ada dan tidak membiarkan diri terkungkung oleh apa yang tidak dimiliki. Mengikuti arus dan mengalir. Menemui keseimbangan antara usaha dan sikap santai, antara mengejar sesuatu dan melepaskan. Satu bentuk kepasrahan yang aneh memang. :) kepasrahan yang sulit difahami. Bukan berarti menolak menjadi pribadi bermateri, melainkan tidak terbelenggu oleh materi.Jika materi membuat kebahagiaan kita terenggut, cek lagi deh.. mungkin ada yang tersalah. Biarkan Allah menundukkan dunia untuk kita, bukan kita yang menunduk pada dunia. Sederhanakan.. seperti karakter Pooh dalam Winnie The Pooh yang mudah, bersifat menerima, tidak ribet, hidupnya mengalir. Dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun bentuk hidup itu jika kita bahagia ya cukuplah.. atau kita lebih suka mempersyaratkan kebahagiaan yang tak tahu kapan akan datang??.
Manusia yang beriman memaknai hidup sebagai tempat beramal, menebar kemanfaatan, memberikan sesuatu yang berarti meski dalam ruang sempit yang orang lain pun tak pernah tahu itu, tanpa pengumuman dan dalam kesunyian. Ketika perjalanan hidup membuat kita semakin dekat dengan-Nya, semakin mengenaliNya, itulah rizki yang tidak ternilai harganya. Jika kita ditakdirkan kaya, kita akan kaya dengan kefahaman yang baik tentang Allah. Jika kita ditakdirkan miskin, pun dengan kefahaman yang baik tentang Allah.. Berkah-lah yang kita nantikan, dan ingat indikasi berkah tidaknya sesuatu itu adalah; Ziyadatul khoir wal manafi’, bertambahnya kebaikan dan kemanfaatan.
Wallahu’alam.
http://www.facebook.com/home.php#!/note.php?note_id=10150090992619544
Share this article :

0 komentar :


Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


Buku Tamu

 
Support : Creating Website | Hadi Wibowo | Hadi Wibowo
Proudly powered by Hadi Wibowo
Copyright © 2011. PKS Kebon Manggis - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Hadi Wibowo