Hari ini bahagia benar-benar melingkupi rongga dada. Bertemu sesama ikhwah memang selalu mampu meniup bara. Benarlah ungkapan yang menyatakan bahwa orang sholih dapat menularkan kesholihannya meski hanya dengan bertatap muka. Orang sholih itu adalah ketika kamu melihatnya maka kamu mengingat Allah.
Apa yang dirasakan Zainab Al-Ghazali ketika dipenjara dalam ruang teramat sempit di Mesir, tadi kurasakan juga, meski tak sampai seujung kuku. Jika Zainab merasa bertambah imannya ketika mendengar suara bersin yang diyakininya adalah suara bersin Sayid Quthb, maka tadi aku pun merasakannya. Bahagia benar-benar membuncah saat bisa menatap salah satu qiyadah Indonesia, Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq. Bertambah sumringah saat di belakang beliau turut pula Ustadz Tifatul Sembiring dan Ustadz Chairul Anwar (yang membuat saya bertekad harus membuat buku tentang sejarah dakwah).
Subhanallah, walhamdulillah, Allahu akbar.. semangat bertambah berlipat-lipat, pikiran menjadi lebih terang dan hati pun bahagia sekali. Padahal saat itu baru sampai tahap melihat beliau berjalan di depan mata, belum berkata apa-apa...subhanallah. Rasa-rasanya ingin kuserap sebanyak mungkin energi positif yang mereka pancarkan. Menyedot banyak-banyak semangat yang mereka tularkan. Maka saya pun tulis ulang beberapa taujih dari Ustadz Luthfi dan Pak Tif…
Ustadz Luthfi mengingatkan bahwa kita tidak boleh mendikotomikan antara Ishlahul mujtama' dan ishlahul hukumah. Tidak ada dikotomi dalam dakwah. Rasulullah dan para sahabat ra pun tidak pernah mendikotomikan dakwah.
Mari kita renungi kembali sirah Rasulullah saw. Habibullah dan
sahabat-sahabatnya mengajak tiap pimpinan Negara untuk berislam. Jika
raja/kisra/pimpinan itu menolak, maka diminta untuk membebaskan yang
tertindas di negeri tersebut. Jika ditolak juga, barulah setelahnya
pengumuman perang dikumandangkan.
Setelah itu siapakah yang ditunjuk Rasulullah saw sebagai pemimpin?
Tentu saja para da'i-da'i terbaiknya, binaan-binaannya yang tangguh.
Pemimpin yang memahami Islam secara kaffah. Artinya sangat tidak tepat
jika kita menganggap da'i tidak boleh menjadi pemimpin negeri.
Jika kita sudah menyadari bahwa dakwah kita juga mengikuti dakwah
Rasulullah. Kita meyakini bahwa yang kita lakukan selama ini adalah
upaya-upaya kita mencontoh Habibullah. Harus yakin betul bahwa kita
adalah kelompok yang berusaha keras menjadi sholih dan mensholihkan
orang lain. Ada beberapa ketentuan yang harus kita yakini;
1. Dalam berkompetisi kita harus yakin bahwa tiada kemenangan kecuali
kemenangan yang murni datang dari Allah. Tidak boleh bercampur-campur
keyakinan ini. Tidak boleh ada keraguan. Jika kita masih berpikir
kemenangan itu ada campur tangan lain, maka Allah akan cabut kemenangan
itu. Bukti keyakinan kita yang tiada bercampur itu adalah adanya ta'yid robbani. Karena kita sadar kemenangan itu datang dari Allah, maka kita pun terus mendekat kepadaNya.
2. Kita harus yakin bahwa Alah akan memberikan kemenangan kepada
orang-orang yang murni tujuannya untuk menegakkan kalimat Allah. Murni iqamatillah.
Jika ada bisikan-bisikan lain dalam tiap usaha dakwah kita. Jika ada
bersitan-bersitan kepentingan lain dalam dakwah kita. Mohon ampunlah.
Jangan sampai kita mengikuti rayuan dunia itu sehingga Allah meng-exclude
kan kita dari panggung dakwah. Karena kita tahu betul bahwa Allah akan
tetap menangkan dakwah, dengan atau tanpa kita. Untuk memurnikan niat
dalam berdakwah ini, dibutuhkan azzam dan himmah yang kuat. Biar
godaan-godaan itu tidak melemahkan. Agar kita tidak dikeluarkan Allah
dari panggung dakwah maka kita harus benar-benar berjuang dengan segala
potensi yang kita miliki. Laksanakan sa'yul basari. Penuhi faktor-faktor
kemenangan secara duniawi. Jika poin pertama kita tingkatkan kualitas
hubungan dengan Allah. Maka poin ini kita juga harus meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas upaya dakwah kita. Lejitkan potensi kita untuk
kemaslahatan dakwah.
3. Yakinlah akan datang pertolongan Allah. Allah telah berjanji akan
menolong orang-orang yang menolong agamaNya. Kita juga harus ingat bahwa
dosa-dosa pribadi kita bisa saja menyebabkan tertundanya pertolongan
Allah. Contoh misalnya penyakit ujub. Padahal di hadist qudsi Allah
berkata dengan jelas bahwa kebesaran dan kesombongan itu adalah pakaian
Allah. Barangsiapa yang sombong maka akan dihinakan Allah. Jika tawadhu
akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Siapa yang lembut dalam
bermuamalah maka akan banyak pengikutnya.
Kesombongan selalu membawa kehancuran. Lihat saja Belanda yang sangat
pongah sampai-sampai berani berkata,'jika negeri lain adalah negeri yang
diciptakan Tuhan, tapi kami menciptakan negeri kami sendiri. Kami yang
mengatur air di lautan hingga bisa ditinggali. Kami membangun dam. Tiada
andil Tuhan dalam negeri kami.' Maka Allah pun membuat Belanda banjir
besar di akhir abad 20.
Maka ikhwah penuhi saja poin satu dan dua, maka poin ketiga akan
menyertai. Ikuti sunnah robbaniyah dengan mendekatkan diri pada Allah
dan penuhi juga sunnah kauniyyah dengan melejitkan potensi dan mujahadah
dakwah, maka pertolongan Allah akan datang segera. Contoh Ibrahim as
yang diminta membangun Ka'bah di gurun tak berpenghuni Mekkah. Lalu
Allah pun memerintah agar Ibrahim menyeru orang-orang untuk mengunjungi
Ka'bah. Ibrahim sebenarnya bingung, kepada siapa ia akan menyeru padahal
lembah itu berpenghuni pun tidak. Tapi Allah berkata, serukan saja hai
Ibrahim. Dan kini kita pun menjadi saksi betapa ramainya Ka'bah jika
musim haji tiba.
Maka ikhwah, laksanakanlah segala perintah, dekatkan diri pada Allah,
bekerja terus saja, masalah kekurangan dan kesulitan, biar Allah yang
menambahkan dan memudahkan. Saat kita terus sa'yun basari, melakukan
segala perintah dengan bermujahadah, maka insya Allah orisinalitas
dakwah akan terjaga.
Orang-orang banyak berbisik meragukan dakwah kita dengan melihat
kejadian di Jakarta. Apa kita tidak mempelajari sirah, bukankah Rasul
saw juga tidak selalu menang dalam peperangan? Ada masa beliau
kalah, dicaci-maki, dilempari kotoran, dilempari batu hingga
berdarah-darah. Saat dakwah di Thaif misalnya yang begitu memilukan
hati. Namun kejadian itu bukan melemahkan Rasulullah, tapi justru
menguatkan. Membuat Muhammad saw semakin mendekat memohon kekuatan pada
Allah swt. "Allah, aku tidak peduli apa yang terjadi padaku. Apakah aku
akan dihajar musuh atau kembali pada kerabat. Aku tidak peduli apapun
yang terjadi. Asal jangan Engkau murka padaku." Begitu Rasulullah saw
curhat kepada Allah.
Jadi konsolidasi pertama yang harus kita bangun adalah konsolidasi
kepada Allah. Koalisi kepada Allah haruslah mendahului koalisi-koalisi
lain. selalu minta kekuatan dan petunjuk kepadaNya. Karena hanya Alah
tempat berpegangan yang paling kuat.
"Siapa yang bersandar pada ketokohan, ia akan hancur. Siapa yang
bersandar pada harta maka ia akan kekurangan. Siapa yang bersandar pada
akal, maka ia akan sesat." Maka jelaslah hanya Allah tempat kita
berpegang teguh.
Konsolidasi selanjutnya adalah konsolidasi ikhwah. Jangan pernah nodai
ukhuwah. Jangan su'udzon terhadap saudara kita. Hak minimal yang harus
kita penuhi terhadap ikhwah adalah senantiasa husnuzhan kepadanya.
Ingatlah ikhwah, menodai ukhuwah bisa jadi membuat Allah palingkan
kemenangan. Jangan pernah izinkan hati untuk iri dengki apalagi sakit
hati kepada saudara sendiri.
Kita itu jundullah. Tentara Allah. Tentara itu, rijal itu, tahan
banting. Kalau dibanting ia jatuh, namun bangkit lagi dan bisa
membanting. Rijal itu tahan banting, bisa membanting, tidak akan pernah
berubah aqidah, tidak akan merubah fikrah dan tidak juga merubah
akhlakul karimah. Dengan siapa pun ia berbaur. Jadi tidak perlu
khawatir. Apa guna tarbiyah bertahun-tahun jika digoda sedikit saja
sudah berubah fikrah. Masa iya berbaur sedikit saja akhlak terpuji pun
dilupa.
Ingat surat Al-Fath bahwa kemenangan nyata itu disebabkan konsolidasi
kita dengan Allah. Kalaupun masih ada kurang-kurang, banyak-banyaklah
beristighfar, biar Allah yang menyempurnakan. Jika kita bisa dengan baik
berkonsolidasi dengan Allah dan ikhwah, maka dengan siapa pun kita bisa
mewarnai dengan nilai-nilai dakwah.
Allahummanshur dakwatana wa baligh ukhuwatana Yaa Allah..http://www.pkspiyungan.org/2013/01/taujih-presiden-pks-pada-temu-kader-pks.html
Allah, jadikan kami orang-orang yang menepati janji...
Jadikan kami orang-orang yang selalu berkontribusi sebaik yang kami mampu...
Jadikan kami orang-orang yang segera memuhasabah lalu memperbaiki diri.hingga kami pantas mengemban risalah ini. Menjadi rahilah-rahilah-Mu, yang selalu meringankan beban bukan malah menambah. Biar kami bisa selalu menjadi jundiMu yang berarti, bukan sekadar menambah deretan nama tanpa kontribusi.
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !